Minggu, 17 Maret 2013
Dalam perjalanannya kepada Allah Azza Wa
Jalla , qalbu itu bagaikan seekor burung. Cinta adalah kepalanya, takut dan
harap adalah dua sayapnya. Bila kepala dan dua sayapnya sehat , tentu burung
itu akan baik terbangnya; bila kepalanya terpotong , tentu ia akan mati, dan
bila dua sayapnya terlepas, iapun akan menjadi incaran binatang pemangsa.
Bila qalbu kosong dari Cinta, takut serta
harap, akan rusaklah ia dengan kerusakan yang sulit diperbaiki lagi. Bila salah
satu dari kedua itu lemah akan lemah pula imannya. Seluruh kalbu yang mati
bisa hidup dengan zikir sebagaimana tanah yang mati akan hidup dengan siraman
hujan.
Sesuatu yang paling mulia adalah waktu dan kalbu.
Apabila dibiarkan qalbu serta disia-siakan waktu, niscaya akan hilanglah
berbagai faedah. Jika engkau bebankan kepada qalbumu kerisauan dan
beban dunia serta menganggap remeh wirid-wiridnya yang menjadi makanan pokok
dan kehidupannya, maka engkau bagaikan musafir yang membebani tunggangannya
diatas kemampuan serta tidak memenuhi makanan nya. Alangkah cepatnya tunggangan
itu akan berhenti.
Robohnya bangunan qalbu disebabkan oleh rasa
aman dan lalai; sedangkan berdirinya dengan rasa takut dan
zikir. Barangsiapa yang memukimkan qalbunya disisi Tuhannya, qalbunya akan
tenag dan istirahat. Siapa yang membiarkannya ditengah-tengah manusia, ia akan
goyah dan bertambah kegelisahannya.
Penyia-nyiaan yang paling besar yang merupakan pangkal dari
setiap penyia-nyiaan adalah penyia-nyiaan qalbu dan penyia-nyiaan waktu.
Penyia-nyiaan qalbu terjadi karena mengutamakan dunia atas akhirat, sedangkan
penyia-nyiaan waktu terjadi karena panjang angan-angan.
Padahal berkumpulnya segala kerusakan terletak pada
mengikuti hawa nafsu serta panjang angan-angan; sedangkan berkumpulnya segala
kebaikan terletak pada mengikuti petunjuk serta mempersiapkan diri untuk
bertemu dengan Allah, dan hanya menjadikan Allah sebagai tempat meminta
pertolongan.
Qalbu menjadi sakit sebagaimana badan menjadi
sakit , sedangkan penyembuhannya terletak pada tobat dan pembelaan. Qalbu
akan berkarat sebagaimana berkaratnya cermin, sedangkan mengkilapnya dengan
zikir. Qalbu akan telanjang sebagaimana telanjangnya tubuh, sedangkan
hiasannya adalah takwa.
Ia juga lapar dan haus sebagaimana tubuh, sedangkan makanan
dan minumannya adalah pengetahuan, cinta, tawakal, kembali kepada Tuhan dan
berbakti.
Orang yang yakin dengan kematian , mengapa masih bisa
bergembira.
Orang yang mengetahui akan dekatnya hisab , bagaimana ia
masih bisa berleha-leha.
Orang yang menyadari bagaimana Qalbu sering bolak –balik ,
kenapa masih bisa merasa aman...
Katakanlah kepada Qalbu yang menggembala
ditaman bimbingan, “Berhati-hatilah melirik kepada hijaunya rerumputan yang
disukai oleh keinginan jiwa rendah, karena makanan gembalamu itu lebih lezat
dan minumannya lebih tawar.
Penyakit Qalbu timbul dari dosa, sedangkan pangkal kesehatan
lahir dan batin adalah taubat.
Bila mata kering dari tangisan karena takut kepada Allah,
ketahuilah keringnya itu timbul dari kekerasan Qalbu. Seseorang yang tidak
jernih qalbunya kepada Allah berada dalam keterasingan dari setiap tatapan
orang yang memandang.
Didalam Qalbu terdapat kekusutan yang tidak
dapat diuraikan kecuali dengan mengarahkannya kepada Allah; Terdapat
keterasingan yang tidak dapat dihilangkan kecuali dengan keakraban dengan Allah
dalam kesendiriannya. Terdapat kesedihan yang tidak dapat dihilangkan
kecuali dengan kegembiraan dalam mengenalnya dan kejujuran dalam bergaul
dengan-NYA. Terdapat kegelisahan yang tidak dapat ditenangkan , kecuali
dengan berkumpul dengan-NYA serta lari dari kegelisahan menuju
pada-NYA Terdapat api penyesalan yang tidak dapat dipadamkan kecuali
dengan Ridha terhadap perintah, larangan dan keputusan-NYA, disamping
membiasakan sabar terhadap hal demikian sampai waktu pertemuan dengan-Nya.
Terdapat tuntutan yang tidak berhenti sebelum Allah sendiri
yang menjadi target-Nya.
Terdapat kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi kecuali oleh
cinta kepada-Nya, kembali kepada-Nya, meneruskan zikir kepada-Nya, membenarkan
keikhlasan kepada-Nya.
Seandainya dunia dan seisinya diberikan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, niscaya tidak akan terpenuhi selamanya.
Qalbu orang-orang saleh dan bertakwa bergantung pada
kesudahannya.
Wallahualam bishawab
(Referensi : Abdul Hadi bin Hasan Wahbi “Menuju Kesucian
Hati” )
Copyright ©
2025
Moonlight
| Powered by
Blogger
Design by
Flythemes
| Blogger Theme by
NewBloggerThemes.com
0 komentar :
Posting Komentar