Resume
Antara Pemimpin dan yang Dipimpin
By: Syeikh Mustafa Mansyur
Di dalam
suatu negara pasti memiliki pemimpin, yaitu presiden dan yang dipimpin yaitu
para wakil rakyat yang memiliki
kedudukan di bangku pemerintahan serta rakyatnya. Sudah menjadi kewajaran bahwa
setiap umat manusia ada yang memimpin dan yang dipimpin agar pendapat-pendapat
atau kemauan dapat disatukan menjadi sesuatu yang dapat diterima dan dipatuhi.
Dalam
Islam, setiap muslim wajib bergerak dan berjuang serta berkorban untuk
menegakkan Islam, membangun Daulah dan Khilafah Islamiyyah yang di dalamnya
tegak hukum-hukum Allah agar jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata –
mata untuk Allah ( QS Al-Anfal : 39 ).
Suatu
organisasi atau lembaga dakwah wajib beramal
jam’i dalam melakukan visi dan misinya untuk menegakkan Islam dan
menyebarkan kebenarannya kepada umat manusia. Amal Jama’i adalah suatu ikhtiar
atau kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama. Pemimpin dan anggota kelompok harus bergerak
dengan manhjnya, sebagai landasan keberhasilan dan kebangkitannya.
Seorang
pemimpin harus ikhlas karena Allah semata dalam menjalankan amanahnya. Apapun
keputusannya harus melibatkan Allah. Memiliki rasa tanggung jawab yang besar
dan harus berkepribadian tangguh, tidak mudah digoyahkan atau dipatahkan.
Seorang
pemimpin harus berakhlak baik,
bersahabat, berani, adil dan jujur, tawadhu’, sabar, tidak mengungkit-ungkit
atau menyombongkan diri, memafkan, menahan amarah, berlaku ihsan, menepati
janji dan sumpah setia, menjauhi sikap pesimistis dan over estimasi.
Dalam tabiat gerakan dan medannya, seorang
pemimpin harus beriltizam ( taat ) dengan tujuan berdirinya jama’ah, memelihara
keuniversalan tujuan dan medan gerakan sengan seluruh konsekuensinya, menjaga
tabiat tahapan da’wah (Tajarrud =
berangsur – angsur, ta’rif = pengenalan, takwin = pembentukan dan tanfidz =
pelaksanaan.), memperhatikan seluruh aktivitas politik, harus mengawasi sikap
jama’ah dan jama’ah – jama’ah lainnya, tahap perjuangan kita yang akan datang
lebih ditekankan kepada bentuk jihad dan menegakkan hukum ALLAH di seluruh
aspek kehidupan, harus berusaha sungguh – sungguh mewariskan da’wah ini kepada
generasi mendatang dengan segala kemurnian, keaslian, keuniversalan dan
pengalamannya.
Petunjuk untuk seorang pemimpin agar dapat menjalankan roda da’wah
ke arah yang lebih baik adalah dengan memberikan perhatian yang menyeluruh terhadap
tugas dan tanggung jawab, memiliki
kepercayaan kuat terhadap tugasnya, setiap penanggung jawab harus menyusun
program kerja lengkap, tepat dalam memilih petugas yang dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik, pemimpin dituntut mengatur waktu dan urusannya seefektif
mungkin, selalu sadar dan tanggap demi terjaminnya perjalanan da’wah, memiliki
kecekatan dan kekuatan tekad.
Beberapa petunjuk pergaulan antara pemimpin dan anggota adalah pemimpin
harus pandai memilih orang yang laik dalam memegang jabatan, tidak boleh
bersikap pesimitis dan buruk sangka, pemimpin dapat bergaul rapat dengan
anggotanya, memperbaiki pembagian tugas dan menentukan spesialisasi supaya
tidak tumpang tindih, menentukan, mengatur dan memudahkan jalur komunikasi di
setiap peringkat, berusaha sungguh – sunguh meningkatkan posisi kepemimpinan
dan melatih anggota sesuai dengan bidang masing – masing, penting memberikan
kebebasan kepada anggota untuk memilih sarana dan cara yang paling baik yang
dapat membantu pelaksanaan tugasnya, diadakannya pertemuan rutin dengan sesama
pengurus untuk menyelaraskan gerakan, memperhatikan setiap rangkaian dan mata
rantai dalam komunikasi, tidak overlapping, perlu dikaji situasi yang
menyebabkan anggota yang melakukan kesalahan tersebut, dan anggota tidak boleh
diberi amanah kecuali ia telah menguasai bidang tersebut.
Beberapa keharusan dan perilaku anggota yang harus ditegakkan adalah Menjadi
seorang mu’min yang teguh dan yakin terhadap amal jama’i dengan segala
tuntutannya. ( Q.S Al Hajj : 77 – 78, Al Mu’minun : 115 – 116 ), harus
mengetahui secara mendalam segala ketentuan jama’ah, harus melengkapi diri
dengan berbagai bidang kemampuan dan kelaikan agar menjadi tenaga yang efektif,
kuat dan baik, menyerahkan hidupnya untuk berjuang karena ALLAH &
menegakkan kekuasaan agama ALLAH semata.
Beberapa aturan dan adab antara pemimpin dan anggota adalah saling
menghormati dan menghargai, saling mempercayai dan berbaik sangka, saling menasehati,
saling mecintai dan bersaudara, tunduk dibawah hukum Allah dan rasulnya, serta
Mengkaji berbagai harakah dan mengembangkan pengalaman. Dalam perbincangan,
Orang yang pertama mengajak bicara harus menghadap kepada yang diajak bicara,
Mengucapkan kata-katanya dengan jelas dan wajar, Biasakan berbicara tidak
dengan suara yang terlalu lemah sehingga hampit tidak terdengar dan tidak pula
dengan suara keras melebihi keperluan sehingga mengganggu, hindarilah kata-kata
yang menyakitkan hati atau yang tidak pantas diucapkan, seperti caci maki dan
semacamnya, dan Keduanya harus menjaga agar pembicaraan tidak berlarut-larut
sehingga menjadi pertengkaran dan perdebatan.
Sistem dan peraturan dalam amal jama’i juga perlu dijelaskan,
terutama yang berkait dengan pandangan, panduan, dan pengertian yang harus
diperhatikan para pemimpin dan anggota. Pada dasarnya, menyusun peraturan dan
mekanisme kerja harus berada dalam kerangka dasar-dasar Islam. Seluruh system
dan peraturan harus dipandang sebagai sarana dan alat untuk menyusun dan
mengatur kerja dan gerakan yang bertujuan agar jama’ah bergerak sesuai hasil
syura, ketentuan dan potensi pimpinan serta hal-hal lain yang melambangkan
sikap jama’ah sebagai pengendali perjalanan gerakan merupakan tempat merujuk
setiap pendirian, sikap, dan pendapat.
Mengenai pengendalian pertemuan, keberhasilan satu pertemuan terletak pada
baiknya pengendalian. Kelemahan pengendalian cenderung dapat membawa
perselisihan dan pergolakan jiwa anggota jamaah. Beberapa panduan, pandangan
dan saran-saran yang berguna bagi pengendalian yang termaksud adalah amal usaha
dakwah adalah ibadah kepada Allah, sebaiknya setiap pertemuan dimulai dengan
dzikir kepada Allah, mempersiapkan segala sesuatunya dengan benar, teliti dalam
menyampaikan informasi mengenai waktu dan tempat diadakannya pertemuan, amanah
atau rahasia pertemuan harus dipelihara bersama, pertemuan sebaiknya tidak
terlalu lama, keputusan diambil dengan suara terbanyak. Jika pertemuan ditutup,
perlu membaca doa penutup majelis.
Sebelum ditutup hendaknya hasil-hasil keputusan sidang dibaca ulang dan
ditetapkan waktu dan tempat pertemuan yang akan datang.
Panduan Imam Hasan Al
Banna untuk para pemuda :
“ Wahai pemuda ! Fikroh ini akan menang jika kita memiliki iman kuat, tulus dan ikhlas kepadanya, punya semangat yang berkobar – kobar, kesiapan berkorban dan beramal untuk mewujudkannya. Empat rukun ini : Iman, Ikhlas, semangat dan amal, merupakan ciri khas pemuda. Sesungguhnya dasar iman adalah hati yang hidup, asas ikhlas ialah hati yang suci murni, landasan semangat yaitu perasaan yang kuat dan amal adalah tekad yang selalu segar “.
ALLAH Berfirman : “ Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda – pemuda yang beriman kepada Rabb mereka dan kami tambahkan kepada mereka petunjuk. “ Q.S Al Kahfi : 13.
0 komentar :
Posting Komentar